Satelit Sampah Antariksa ?
Indonesia
menjadi Negara ketiga di dunia yang mngoperasikan Sistem Komunikasi Satelit
Domestik (SKSD). Satelit merupakan benda yang beredar dan berada diruang
antariksa yang mengelilingi bumi, berfungi sebagai sebagai stasiun radio yang
menerima, memproses serta memancarkan kembali sinyal komunikasi radio. Beberapa
satelit Indonesia yang telah diluncurkan, saat ini berada dalam kondisi yang
tidak berfungsi. Satelit yang tidak berfungsi merupakan kontributor sampah
antariksa yang keberadaannya di orbit bumi cukup berbahaya. Dari 18 satelit Indonesia yang diluncurkan,
terdapat tiga buah satelit yang gagal dioperasikan. Selain itu, terdapat
beberapa satelit yang telah mencapai akhir masa operasinya.
Satelit memegang
peranan penting dalam menyatukan Indonesia, yang merupakan Negara kepulauan.
Indonesia menjadi Negara ketiga di dunia yang mengoperasikan Sistem Komunikasi
Satelit Domestik (SKSD) pada tahun 1976 (Priyanto, 2004). Sebagian besar
satelit yang diluncurkan oleh Indonesia merupakan satelit komunikasi yang
ditempatkan di orbit geostasioner. Beberapa satelit Indonesia yang telah
diluncurkan, saat ini berada dalam kondisi yang tidak berfungsi. Satelit yang
tidak berfungsi merupakan kontributor sampah antariksa yang keberadaannya di
orbit bumi cukup berbahaya. Sampah antariksa yang berasal dari satelit yang
tidak berfungsi mencapai 17% dari total sampah antariksa yang ada (Neflia,
2010).
sumber gambar : teknologi.news.viva.co.id |
Satelit Indonesia
Satelit Indonesia
adalah satelit yang didaftarkan ke ITU atas nama Administrasi Telekomunikasi
Indonesia (Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor:
13/P/M.KOMINFO/8/2005 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi yang Menggunakan
Satelit). Indopnesia menjadi Negara ketiga di dunia yang mengoperasikan sistem
komunikasi satelit domestik dengan menggunakan satelit geostasioner yaitu
sistem Palapa A yang diluncurkan pada tahun 1976. Sistem satelit ini
menyediakan layanan telefoni dan faksimili antar kota di Indonesia dan menjadi
infrastruktur utama distribusi program TV (Priyanto, 2004).
Adapun satelit Indonesia yang telah
beroperasi dari awal generasi satelit Indonesia hingga saat ini sebagai
berikut:
1. Palapa-A1
Nama Palapa diambil dari istilah
“sumpah palapa” yang diucapkan Gajah Mada, patih Kerajaan Majapahit pada abad
ke-14 yang ditulis di dalam Pararaton (buku raja-raja). Gajah Mada bersumpah
tidak akan menyicipi rempah apapun sebelum berhasil menyatukan nusantara.
Berdasarkan filosofi tersebut, Palapa juga diidentikkan sebagai cara modern
untuk menyatukan Indonesia. Program Palapa dimulai pada tahun 1975 ketika
pemerintah Indonesia memberikan kontrak dua satelit kepada Boeing. Nama palapa
diberikan oleh Presiden Soeharto (Indosat).
(Sumber : Indosat)
2. Palapa-A2
Pada tanggal 11 Maret 1977,
Palapa-A2 yang berlokasi pada slot orbit 77oBT diluncurkan dari Kennedy Space
centre, Cape Canaveral, Florida, AS untuk keperluan back-up dan siap
dioperasikan jika Palapa-A1 mengalami kegagalan atau saat permintaan tidak bisa
diakomodir oleh Palapa-A1 (Priyanto, 2004).
3. Palapa-B1
Karena masa akhir operasi Palapa-A1
dan Palapa-A2 pada 1983 dan 1984 berturut-turut, perencanaan untuk menggantikan
satelit Palapa A dimulai pada tahun 1979 untuk mempertahankan operasi sistem
Palapa. Keperluan satelit generasi kedua dibuat dari estimasi keperluan
telekomunikasi domestik berdasarkan hasil kelompok kerja para ahli teknik dan
ekonomi ASEAN pada tahun 1978 (Priyanto, 2004).
(Sumber : Indosat)
4. Palapa-B2
Palapa B2 tidak berhasil
ditempatkan di orbit karena terdapat masalah pada motor hentakan (Priyanto,
2004).
5. Palapa-B2P
Sebagai pengganti Palapa B2, Palapa
B2P dibuat dan diluncurkan pada bulan Maret 1987. Satelit ini digunakan untuk
penyewaan pihak ketiga (domestik dan luar negeri). Palapa B2P ditempatkan pada
113o BT (Priyanto, 2004).
6. Palapa-B2R
Satelit Palapa B2 dipulihkan
melalui suatu operasi penerbangan pesawat ulang alik dan diperbaiki. Peluncuran
kembali Palapa B2 (dinamakan B2R) dilakukan pada tahun 1990 untuk menggantikan
Palapa B1 (Priyanto, 2004).
7. Palapa-B4
Karena perkembangan pasar, pada
tahun 1992 Telkom meluncurkan Palapa B4 yang berlokasi pada 118o BT. Sebagai
penyelenggara satelit tertua, Telkom merupakan penyelenggara satelit yang sudah
banyak meluncurkan satelit (Priyanto, 2004). Tabel 1 menunjukkan perkembangan
satelit Telkom dari Palapa-A1 hingga Telkom-2.
8. Palapa-C1
Dua buah satelit Palapa C tipe
HS-601 diluncurkan pada tahun 1996 (http://www.palapasat.com). Palapa-C1
diluncurkan pada tanggal 31 Januari 1996 dengan pendorong Atlas-2AS dan
ditempatkan pada 113oBT (http://space.skyrocket.de/doc_sdat/). Satelit Palapa-C
membawa 30 transponder dibandingkan dengan Palapa-B yang membawa 24
transponder. Transponder C-Band Palapa-C terdiri dari 24 aktif transponder dan
6 transponder cadangan untuk beroperasi di range 3700-4200 MHz/5925-6425 MHz.
untuk wilayah extended C-Band, terdapat 6 buah transponder aktif dan 2 buah
transponder cadangan untuk beroperasi di range 3400-3640 MHz/6425-6665 MHz.
Sumber : Indosat
9. Palapa-C2
Palapa-C2 diluncurkan pada tanggal
15 Mei 1996 dengan roket Ariane-44L H10-3 dari Kourou, Guyana Perancis. Setelah
akhir masa operasinya, Palapa-C2 digantikan oleh Palapa-E (Krebs, 2013).
10. Indostar-1 (Cakrawarta-1)
Layanan TV berbayar berbasis
satelit Indovision dimulai pada awal tahun 1994 di bawah PT. MNC Sky Vision
dengan memanfaatkan layanan analog C-band Direct Broadcast Satellite (DBS)
satelit Palapa C2. Selanjutnya, pada tahun 1997 dilakukan perubahan teknologi
dari analog C-Band Palapa C-2 menjadi digital Indostar-I pada frekuensi S-band.
Satelit Indostar-I dikelola oleh PT. Media Citra Indostar (MCI), anak
perusahaan Global Mediacom. Untuk mendistribusikan layanannya di Indonesia, MSV
menggunakan satelit Indostar II (MNC Sky Vision).
11. Telkom-1
Karena layanan Palapa B2R akan
berakhir pada tahun 1999, pada tahun 1995 Telkom membentuk suatu tim yang
mem-pelajari aspek teknis dan bisnis untuk generasi satelit yang baru.
12. Garuda-1
Garuda-1 merupakan satelit pertama
yang melayani pasar komunikasi telepon bergerak berbasis bumi di Asia dengan
sistem ACeS. Sistem ACeS dimiliki oleh ACeS Internasional yang berbasis di
Bermuda dengan pemegang saham utama Pasifik Satelit Nusantara, Lockheed Martin
Global Telecommunications, Philippines Long Distance Telephone Company dan
Jasmine International Overseas Company.
13. Telkom-2
Untuk menggantikan Palapa B4,
Telkom meningkatkan cakupan satelit generasi awalnya dengan memasukkan Guam dan
India beserta Negara-negara tetangganya untuk merespon pasar jaringan regional
dengan Telkom-2 (Priyanto, 2004).
14. Inasat-1
Aplikasi satelit kecil, yang
posisinya berada di orbit rendah seperti komunikasi di daerah terpencil,
pengamatan bumi serta pengamatan lingkungan dan cuaca telah meningkat.
Kecenderungan ini terlihat di beberapa Negara Asia Pasifik yang memproduksi dan
mengembangkan sistem satelit kecil seperti Korea Selatan, Pakistan, Singapura,
Malaysia, Thailand, dan lain-lain. Dibandingkan dengan satelit besar, produksi
dan pengembangan satelit kecil lebih mudah dan lebih murah.
15. LAPAN-Tubsat
LAPAN-Tubsat merupakan satelit
mikro pengamatan video yang dikembangkan di Technical University of Berlin,
Jerman oleh tim insinyur Indonesia. Satelit diluncurkan sebagai piggy oleh
peluncur Polar Satellite Launch Vehicle dari Sriharikota, India dengan
membawa sistem transmisi data S-band, kamera video resolusi tinggi, kamera video resolusi
rendah serta penyimpan dan penerus pesan pendek (LAPAN, 2007).
16. Indostar-2 (Cakrawarta-2)
Pada tahun 2007 Protostar memesan
satelit Protostar2 dari Boeing Satellite Systems (BSS), Inc. Satelit
menggunakan versi Boeing BSS-601HP atau versi daya tinggi dari pesawat
antariksa dengan body-stabilized. Pesawat antariksa ini awalnya dibangun
sebagai Galaxy 8iR sebelum dibatalkan pada tahun 2004. Agar dapat digunakan
sebagai ProtoStar 2, payload dimodifikasi sehingga memuat 10 transponder S-band.
Protostar 2 merupakan pengganti satelit Indostar-1. Payload S-band dioperasikan
dengan nama Indostar 2 (Cakrawarta 2).
17. Palapa-D
Satelit Palapa D dibuat oleh Thales
Alenia Space, Perancis dan diluncurkan pada roket Chinese Long March 3B pada
tanggal 31Agustus 2009. Setelah tes orbit berjalan dengan sukses, satelit telah
beroperasi secara komersial pada slot 113oBT sejak tanggal 14 November 2009
(Indosat).
(Sumber : Indosat)
18. Telkom-3
Pada bulan Desember 2008, JSC
Academician M.F. Reshetnev “Information satellite systems” memenangkan tender
dengan skema IOD untuk pembuatan sistem satelit telekomunikasi geostasioner
Telkom-3 untuk PT.Telkom. Satelit dibangun berdasarkan platform kelas medium
yang baru, yaitu Ekspress-1000N.
Tabel
Perkembangan Dan Kondisi Satelit Indonesia
Berdasarakan pada
tabel perkembangan dan kondisi satelit Indonesia dapat diketahui bahwa sudah
banyak satelit yang tidak lagi beroperasi. Satelit yang tidak lagi beroperasi
akan tetap ada di luar angkasa dan keberadaan satelit yang tidak lagi
beroperasi ini menjadi bagian dari sampah luar angkasa. Semakin banyak sampah luar
angkasa maka dapat berbahaya bagi bumi serta mahluk hidupnya sendiri karena
sampah antariksa sewaktu-waktu dapat jatuh dimana saja.
Seperti yang
terjadi di Sumenep, Madura 2016,
ditemukan satu objek yang menimpa kandang ternak warga dan yang lainnya
jatuh di perairan Kepulauan Gili. Objek yang ditemukan dipastikan adalah dari
bekas bagian roket Falcon 9 yang sempat membawa satelit milik jepang.
Jika dilihat dari bahayanya, Kepala
Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)
Bandung, Clara Yono Yatini, mengungkap jika hampir semua benda di luar angkasa
akan berbahaya bagi bumi, apalagi Indonesia, yang notabene belum memiliki
teknologi canggih untuk mengantisipasi kedatangan ataupun memprediksi lokasi
jatuhya benda tersebut secara akurat.
Sumber :
Yubiarti, Diah . 2013. Studi
Perkembangan dan Kondisi Satelit Indonesia. Jurnal Buletin Pos Dan
telekomunikasi. Online.bpostel.com
Bahaya Sampah Antariksa di Sumenep. Fokus.news.viva.co.id
Komentar
Posting Komentar